Bonus harian di Keluaran SDY 2020 – 2021.
2 jam yang lalu
Sumber gambar, ANTARA FOTO / Nyoman Hendra Wibowo
Kepolisian menyebut pelaku teror di Mabes Polri setelah itu pelaku bom bunuh kita di Makassar meninggalkan pesan tertulis kepada keluarga mereka.
Walau pihak keluarga pelaku belum mengonfirmasi kebenaran pesan atau yang akhir-akhir ini banyak disebut sebagai surat wasiat itu, isinya telah viral di media sosial.
Pola meninggalkan pesan sebelum melakukan aksi teror tidak baru kali ini datang, kata mantan anggota Jemaah Islamiyah.
Para pelaku Bom Bali yang tergabung dalam organisasi teror ini dulu meninggalkan pesan habis rekaman video.
Bukannya menyebar atau merundung pelaku teror, masyarakat, terutama muda-mudi, didorong berempati maupun menyelamatkan orang yang berpotensi terjerumus terorisme.
Adapun Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mendesak Kementerian Komunikasi da Informasi membatasi peredaran pesan pelaku teror.
Ali Fauzi, mantan pembuat bom dimana pernah bergabung dengan organisasi teror Jemaah Islamiyah, menyebut sejumlah pelaku Bom Bali meninggalkan pesan untuk keluarga sebelum melakukan aksi.
Pesan dalam bentuk video tersebut, kata Ali, hampir persis dengan pesan Zakiah Aini, pelaku teror di Jakarta dan Lukman Alfariz, yang meledakkan bom di depan Gereja Katedral Makassar.
Sumber gambar, ANTARA FOTO/SYAIFUL ARIF
“Mereka membuat pesan theater visual untuk orang tua, istri, anak, dan saudara-saudaranya. Banyak narasi dalam pesan itu adalah harapan kenikmatan surga, ” ujar Ali, Kamis (01/04).
“Jadi indonesia lebih dulu dilakukan visando pelaku bom yang digalang Jemaah Islamiyah, ” ucapnya.
Menurut Ali, lewat pesan terakhir itu para pemain teror berharap ada orang-orang lain yang meniru perbuatan mereka.
“Kalau dibaca dari orang-orang yang berpikiran pendek, pesan itu bisa sungguh-sungguh berbahaya. Jadi sangat penting membuat generasi muda dalam kebal terhadap paham ekstrem, ” kata Ali.
Sumber gambar, BBC INDONESIA
Fausto dan tujuan di balik pesan pelaku teror itu juga diamati Direktur Deradikalisasi BNPT, Irfan Idris, bahwa surat wasiat itu dicreate untuk menggaet pelaku baru serta menyebarkan wacana soal surga yang mereka yakini.
Menurut Irfan, menyebarluaskan pesan itu ke publik bahkan akan membantu para pemain teror mencapai tujuan mereka, terutama ke sesama orang muda.
Pelaku aksi teror di Makassar dan Jakarta rata-rata berumur pertengahan 2 puluhan tahun.
“Jangan sampai yang sudah bercita-cita melancarkan teror terpicu dengan beredarnya pesan seperti itu, ” kata Irfan.
“Generasi cambio satu paket dengan militansi. Militansi itu seperti soppa, bisa setiap saat terbakar jika ada yang mengakibatkan.
“Yang tidak punya perlengkapan apa-apa saja bisa mengikuti perbuatan itu, apalagi orang yang sudah menekuni paham ekstrem, ” ujarnya.
Irfan menduga, Zakia sudah terpapar radikalisme sejak memutuskan stop kuliah. Ia yakin Zakia terdorong menyerang markas tidak kecil Polri setelah membaca surat Lukman Alfariz.
Pesan Lukman beredar di media sosial setelah dia tewas meledakkan diri di Gereja Katedral Makassar. Kini giliran pesan Zakia yang viral.
Sumber gambar, ANTARA FOTO/SYAIFUL ARIF
Irfan berpendapat, Kominfo termasuk otoritas terdepan yang mesti mencegah peredaran dan glorifikasi pesan pelaku teror.
Selama ini kementerian itu secara rutin menutup situs yang mereka anggap memuat konten ekstremisme.
BBC Negara sendiri sudah berusaha menghubungi Kepala Humas Kominfo, Ferdinandus Setu, untuk mendapat keterangan soal peredaran pesan pelaku teror itu.
Namun maka berita ini diterbitkan, Ferdinandus belum menanggapi permintaan wawancara.
Sementara saat dikonfirmasi mengenai peradaran pesan itu, juru bicara Mabes Polri Irjen Argo Yuwono berkata, “Kami lakukan soft power dengan edukasi kepada masyarakat. alone
Sumber gambar, BBC INDONESIA
Bagaimanapun, di tingkat dasar rumput, publik semestinya menunjukkan empati saat membaca pesan pelaku teror. Ini disebut Mohammad Aan Anshori, Pemandu Jaringan Islam Antidiskriminasi (JIAD).
Berempati, menurut Aan, tidak berarti mendukung paham & terorisme.
“Pelaku contohnya Zakia ini harus disimpulkan sebagai korban. Setelah memahami pesannya, kita merundung daran mengecam, ” kata Aan.
“Jika dia masih hidup, apakah pemikirannya dapat sembuh atau dia malah semakin yakin bahwa pemikirannya benar?
“Jadi masyarakat harus menghentikan aneka hujatan dan berempati pada pelaku dan calon pelaku dimana sebenarnya korban ekstremisme, micron ujar Aan.
Sumber gambar, ANTARA FOTO/MUHAMMAD ADIMAJA
Amat dari itu, Aan mendorong agar generasi muda membiasakan diri berbaur dengan penganut agama dan keyakinan lainnya.
Merujuk sejumlah survei dan penelitian, Aan menyebut masyarakat Indonesia lebih menunjuk hidup dalam kelompok homogen.
Padahal hidup di dalam komunitas homogen disebut Aan justru menyuburkan pandangan propensity, stereotip negatif, dan prasangka.
“Generasi muda non-Islam, terutama yang Kristiani, jangan takut dengan aksi teror ini dan justru semakin membaur dengan generasi muda Islamic, ” kata Aan.
“Kalau orang muda Islam dibiarkan hidup dalam komunitas mereka sendiri, maka mereka menghuni tunggu waktu untuk sanggup terprovokasi.
“Kita perlu silang integrasi, lebih saling berbaur. Mulailah menambah teman dimana berbeda agama.
“Jika kami takut berbaur, kita mengenai semakin hidup secara identisch dan friksi di antarkelompok malah akan semakin cerdas, ” ujar Aan.
Berdasarkan survei BNPT yang dipublikasi Desember 2020, 85% generasi milenial Indonesia disebut rentan terpapar radikalisme.
Sementara setahun sebelumnya, kajian Lembaga Kajian Islam dan Perdamaian mengungkap bahwa 52% pelajar membantu radikalisme berbasis agama.